
Ketika ruang kuliah kehilangan semangat belajar, mungkin bukan mahasiswanya yang bermasalah tapi dosennya yang sudah berhenti tumbuh.
Di perguruan tinggi, mahasiswa bukan lagi anak-anak yang butuh disuapi informasi. Mereka adalah individu dewasa yang sedang bertumbuh dan karenanya, cara mengajar pun harus berubah. Tapi sayangnya, tidak semua dosen ikut berubah.
Hubungan antara dosen dan mahasiswa tidak bisa lagi dipahami seperti guru dan murid di sekolah dasar. Mahasiswa masa kini datang ke ruang kelas dengan pemikiran kritis, pengalaman hidup beragam, serta akses informasi yang luas. Mereka butuh lebih dari sekadar ceramah dan presentasi. Mereka butuh ruang dialog, keterlibatan, dan pengakuan sebagai pembelajar aktif.
Namun sayangnya, banyak kelas di perguruan tinggi masih dijalankan secara kaku, satu arah, dan minim interaksi. Dosen berdiri di depan kelas menyampaikan isi buku, sementara mahasiswa hanya mencatat dan menunggu waktu berlalu. Kehidupan intelektual pun terasa hilang.
Padahal, mengajar bukan hanya soal menguasai materi. Dosen juga perlu menguasai cara mengajar mulai dari memahami bagaimana mahasiswa belajar, hingga menciptakan ruang belajar yang aman dan merangsang. Proses ini menuntut dosen untuk terus belajar: tentang strategi pembelajaran aktif, tentang perubahan generasi, bahkan tentang empati akademik.
Masalahnya, tidak sedikit dosen yang merasa proses belajarnya selesai setelah meraih gelar doktor. Mereka lupa bahwa dunia terus bergerak, dan mahasiswa pun berubah. Jika dosen tak ikut belajar, maka ia akan tertinggal dan kelas pun kehilangan relevansinya.
Kampus seharusnya menjadi komunitas pembelajar. Tempat dosen muda belajar dari yang senior, dan sebaliknya. Tempat tumbuhnya semangat lintas generasi dan lintas disiplin. Belajar bukan hanya tugas mahasiswa, tetapi tanggung jawab semua yang ada di ruang akademik.
Sebab ketika dosen berhenti belajar, sesungguhnya ia juga berhenti menjadi pendidik. Dan saat itu terjadi, yang hilang bukan hanya kualitas pembelajaran tetapi masa depan pendidikan itu sendiri.***